Habib Alwi Barabai dan Presiden Soekarno Presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno menjabat erat tangan Habib Alwi bin Abdullah Al-Habsyi (Kapten Arab) Soekarno tak berusaha cepat-cepat melepaskan genggamannya kepada sesepuh masyarakat Barabai itu. Obrolan ringan pun terjadi antara kedua tokoh yang sama-sama memiliki kharisma ini. “Presiden Soekarno lawas maingkuti (lama memegang, red) tangan Habib Alwi,” ujar Syarifah Syehun, 80 tahun, putri Habib Alwi, mengenang kembali peristiwa penuh makna bagi warga Barabai yang berlangsung di Balai Rakyat, Barabai tahun 1953 itu. Soekarno ketika itu datang ke Kalimantan Selatan dalam suatu kunjungan kenegaraan. Masyarakat Barabai sepakat menunjuk Habib Alwi, seorang yang pernah menjabat Kapten Arab (Kaptein der Arabieren) di Banjarmasin, untuk mewakili mereka menyambut Bung Karno. Mengetahui bahwa yang akan datang ke Barabai adalah seorang Kepala Negara, warga masyarakat Kampung Kamasan yang terkenal sebagai perajin logam mulia emas sepakat membuat kenangan- kenangan kepada Bapak Bangsa. Mereka secara khusus membuat persembahan kerajinan (souvenir) berwujud tugu pahlawan dari emas. Souvenir itu miniatur dari bangunan tugu yang menghiasi alun-alun kota Barabai. “Habib Alwi yang tukang julung (yang menyerahkan, red),” kata Syarifah Syehun. Entah mengapa mereka menunjuk Habib Alwi sebagai wakil mereka. Padahal saat itu hadir lengkap orang-orang besar para petinggi daerah Hulu Sungai. Mungkin warga Barabai menilai hanya Habib Alwi yang pantas berdiri berhadapan dengan Soekarno. Waktu berjabat tangan dan berhadap-hadapan muka itulah mengalir percakapan antara mereka berdua: “Siapa nama Pak Haji,” ujar Presiden Soekarno. “Saya Sayyid Alwi,” jawab Habib Alwi. “Pak Sayyid orang Arab?” “Ya, saya orang Arab, lahir di Hadralmout.” “Mengapa orang Arab mau membantu perjuangan orang Indonesia?” “Saya muslim, dia juga juga orang muslim. Jadi wajib membantu. Ihkwanul muslimin (persaudaraan sesama orang Islam). “Kenapa Ibu (Fatmawati) tidak dibawa,” Habib Alwi yang gantian bertanya. “Baru bersalin, baru melahirkan,” jawab Soekarno. (Ibu Negara Fatmawati tidak bisa mendampingi kunjungan kenegaraan Bung Karno ke Kalimantan Selatan karena baru melahirkan Guruh Soekarnoputra). “Nanti Tuan datang ke Djakarta. Saya tunggu,” lanjut Soekarno. “Ya, nanti saya ke Batavia.” (Seorang wedana di Hulu Sungai membisiki Habib Alwi yang benar adalah Jakarta) “Bukan, sekarang Jakarta,” kata Soekarno. “Yakarta,” ujar Habib Alwi mengoreksi ucapannya. (Habib Alwi menyebut J dengan lafal Y). Hingga Habib Alwi meninggal dunia tahun 1967, ia tak memenuhi undangan pribadi Presiden pertama Republik Indonesia itu.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Komentar anda disini dan harap gunakan Kata-Kata yg Sopan!....................