Populer

Cari Blog Ini

Music Listening

Translate

Senin, 08 Februari 2021

SUNAN GIRI PENDAKWAH ISLAM PERTAMA DI KALIMANTAN

 SUNAN GIRI

PENDAKWAH ISLAM PERTAMA DI KALIMANTAN







Ada satu fakta sejarah yang jarang diungkap oleh para peneliti, apalagi diketahui jamak oleh orang awam bahwa pengaruh masuknya Islam di bumi Banjar tak terlepas dari pengaruh dakwah walisongo (wali sembilan) khususnya Sunan Giri .

Saya secara pribadi tidak melihat kiprah dakwah itu sebagai bagian dari dakwah politik kerajaan Islam Demak, sebab kiprah Raden Paku atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Giri itu sudah lebih dahulu dari berdiri dan tumbuhnya Kerajaan Islam Demak sebagai kekuatan baru pesaing kerajaan Hindu Majapahit yang sudah mulai runtuh ketika itu.


Jika dilihat dari kronologis sejarahnya, kiprah dakwah Sunan Giri telah ada berlangsung pada awal abad ke-15 Masehi di Kalimantan Selatan. Kedatangan Sunan Giri ditengarai pada tahun 1470 M; 

Dimana ketika itu pusat perdagangan di Pelabuhan Bandar Masih (yang kemudian berganti nama penyebutannya menjadi Banjarmasin) sedang mengalami puncak keramaian interaksi pedagang dari pelbagai Negara (Mancanegara).

Ada pula penelitian yang menyebutkan kedatangan Sunan Giri pertama kalinya di pelabuhan Muara Bahan ( Bandar Utama Kerajaan Negara Daha /Pra Kesultanan Banjar)  yang hari ini dikenal dengan nama Marabahan. Kedatangan beliau bukan sekedar misi dakwah, namun juga dalam rangka perdagangan, sebab kedatangan beliau bersama tiga buah kapal dagang.

Terlepas apakah misi beliau dalam rangka berdagang atau berdakwah semata, namun catatan sejarah yang tidak bisa dilupakan bahwa orang-orang dayak Bakumpai atau Urang Bakumpai yang tinggal di pesisir Muara Bahan, ternyata mereka telah ditemukan memeluk Islam lebih dahulu berbanding, masuknya Islam Raja Pertama Banjar;

KDYMM Sultan Suriansyah pada kisaran tahun 1526 M dengan diutusnya Khatib Dayan dari kerajaan Demak atas bantuan bala tentara Demak membantu memenangkan peperangan Pangeran Samudera (nama lain KDYMM Sultan Suriansyah sebelum memeluk Islam ).


Saya melihat kiprah Sunan Giri di Kalimantan pada umumnya, khususnya di bumi Banjar sebagai tanggung jawab serta tugas para pendakwah khususnya bagi kalangan Alawiyyin yang memiliki misi meng-islamkan bumi Nusantara, termasuk bumi kerajaan Banjar yang ketika itu masih dipimpin oleh kerajaan Daha yang memeluk agama Hindu.


Meskipun faktanya, kerajaan Daha memeluk agama Hindu, namun pada masyarakat Banjar yang notabene suku Melayu tidak ditemukan adanya kepercayaan agama Hindu yang mengakar kuat pada keyakinan masyarakatnya, terkecuali hanya beberapa tradisi simbolik dalam beberapa aspek kecil saja yang kemudian berasimilasi dengan nilai-nilai Islami .


Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan dan mengakar dari agama Hindu bagi masyarakat Melayu Banjar, hingga datangnya pengaruh Islam yang benar-benar menjadi roh dan nafas kehidupan bagi masyarakat orang Melayu Banjar.


Jika dirunut lebih mendalam lagi, 

Sunan Giri merupakan keturunan Rasulullah SAW

melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad an-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy (Ibrahim Asmoro), Maulana Ishaq, dan Ainul Yaqin (Sunan Giri).

Dengan demikian, sumber dakwah Islamnya masyarakat Melayu Banjar boleh dikatakan bukan semata dari pengaruh Islam Demak di Jawa, akan tetapi lebih awal memang bersumber langsung dari keturunan Ahlul Bait yang sumber utamanya bermuara pada datuk pertama mereka Al-Imam Ahmad bin Muhajir di Yaman.

Secara kajian ilmiah, saya secara pribadi tidak menemukan adanya pengaruh kekhalifahan Turki Utsmani pada periodesasi ini. Sebab pada rentang abad ke-15 M yang ketika itu bertepatan dengan kepemimpinan Sultan Muhammad al-Fatih Sang Penakluk Constantinopel (1451-1481 M) atau jika ditarik lebih awal lagi pada masa pemerintahan ayahnya Sultan Muhammad I (1421-1451 M).


Pada masa itu, kekhalifahan Turki Ustmani (Ottoman Empires)  tengah menghadapi banyak peperangan dan penaklukan pasca peperangan Salib yang sedang bergelora di Eropa. Dengan pengertian lain, kekhalifahan Turki Ustmani belum memusatkan adanya hubungan kerjasama politik atau pun militer dengan kerajaan Islam di Nusantara.

Kembali pada Islamisasi di bumi Kerajaan Banjar awal bahwa jelas di sana belum ada pengaruh politik, baik dari kerajaan Islam di Jawa maupun kerajaan Islam yang tengah berkuasa di Asia atau di Timur Tengah kala itu.

Semangat dakwah yang pertama kali tertancap di bumi Kalimantan murni atas dasar kemurniaan dakwah mengenal keagungan Islam secara kultural yang bersumber langsung dari para ulama dan dai yang ikhlas lillahi ta'ala. 

Selanjutnya, pengaruh kultural ini akan terlihat pada sepak terjang perjalanan Islam di bumi Banjar mulai abad ke-15 M hingga abad 21 hari ini yang nampak jelas pada praktik keberagamaan masyarakat muslimnya yang lebih nyaman dengan gaya sufistik, ketimbang gaya pergerakan Islam progresif atau revolusioner. 


Dengan kata lain, masyarakat muslim Banjar tidak terlalu tertarik dengan gaya Islam pergerakan atau revolusioner. Dan tidak ada fakta sejarah atau situs sejarah adanya pengaruh kekhalifahan Turki Ustmani pada masa kerajaan Banjar pada periodesasi awal ini.

Inilah mengapa kultur budaya dan nuansa keislaman bagi orang Melayu Banjar menyatu dengan kehidupan mereka yang lebih senang merindukan kebersamaan bersama Tuhan dan Rasulnya dalam amaliah-amaliah 


Wallahu Ta'ala A'la

Penulis : Ustaz Miftah El-Banjary

(Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an)


#FolksOfBanjar #KesultananBanjar #IslamBanjar #SejarahBanjar #MelayuBanjar #SejarahMasuknyaIslamDiKalimantan