Populer

Cari Blog Ini

Music Listening

Translate

Rabu, 30 Januari 2019

MAMANDA ADALAH SENI THEATER TRADISIONAL PERPADUAN BANJAR DAN MELAKA

MAMANDA  ADALAH  PERPADUAN THEATER TRADISIONAL BANJAR  DAN MELAKA

🎬 Teater Mamanda mulai dikenal pada awal abad 20 dengan nama Badamuluk. yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Melaka pada tahun 1897. Zaman dahulu di tanah banjar theater ini bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Tanah Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan MAMANDA.

⛵ Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Melaka (1897 M) yang dipimpin oleh  Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Melayu Banjar. Setelah beradaptasi, theater ini melahirkan sebuah theater baru bernama "MAMANDA".

📌 Definisi Theater Mamanda
Theater Mamanda adalah merupakan seni theater atau kesenian tradisional yang berasal dari Tanah Melayu Banjar Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti
Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan Pamanda atau  Mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "Mama" (Mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Melayu Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.

📌Ada dua aliran yang dikenal pada mamanda, yaitu mamanda Batang Banyu yang hidup di pesisir sungai daerah Hulu Sungai yaitu di Margasari yang dikenal dengan Mamanda Periuk dan Mamanda Tubau Aliran ini hidup di daerah Tubau, Rantau. Sering dipentaskan di daerah daratan. Aliran ini disebut juga Mamanda Batubau. Ciri-ciri mamanda dapat dilihat baik dari segi bahasa, simbol, humor, estetika, dan tipe cerita. Tahapan-tahapan mamanda meliputi lagu (lagu Banjar), ladon atau konon, perkenalan panganan dan pangiwa, sidang kerajaan, dan babujukan. Sejauh yang dapat dicatat, mamanda di Kalimantan Selatan sudah eksis sejak tahun lima puluhan hingga sekarang. Hal tersebut dapat diketahui baik dari munculnya beberapa nama seniman (pelakon) mamanda maupun munculnya beberapa teater, sanggar, atau group mamanda di Kalimantan Selatan.

📉 Perkembangan Mamanda saat ini
Sekarang ini Mamanda mulai terpinggirkan oleh kesenian modern. Bahkan mungkin, hanya sedikit generasi muda yang tahu kesenian ini. Jika kesenian asli daerah seperti Mamanda tak lagi mendapat perhatian generasi muda, jangan heran nantinya benar-benar punah.
Keberadaan kesenian bertutur seperti Mamanda Kecamatan Paringin Selatan dan Wayang Gong di Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan sudah sekarat. Kesenian, yang dulu jadi sarana warga mendapatkan hiburan sekaligus informasi, nyaris mati karena kurang mendapat apresiasi masyarakat.
Pemerintah sebenarnya sudah berupaya melestarikan dengan menghadirkan di sejumlah even resmi seperti hari jadi kabupaten beberapa waktu lalu, tapi memang terbatas. Kendala lainnya banyak masyarakat kita kurang tertarik lagi.

Abdul Syukur, pelaku teater dan sastra Banjarmasin, mengatakan dulu saat ada Departemen Penerangan, kesenian bertutur lebih terangkat karena sering diminta tampil menyampaikan program Pemerintah, terutama di kalangan pedalaman. Tapi sekarang makin jarang sehingga banyak masyarakat jadi kurang mengenal.
Kendati begitu, kata dia, perlu adanya modifikasi agar kesenian tersebut dapat diterima semua kalangan lagi. Misalnya bahasa yang digunakan tidak melulu bahasa daerah setempat tapi dengan bahasa Indonesia.


📄 Referensi :

🌎 https://id.wikipedia.org/wiki/Mamanda
🌎 http://www.azmirza.waphall.com