Populer

Cari Blog Ini

Music Listening

Translate

Jumat, 04 Maret 2016

Pertalian Kekerabatan Antara Melayu Banjar Dan Melayu Brunei

kesultananbanjar-utus-dua.jpg
Asal usul Suku Melayu Banjar dan Melayu Brunei Orang Brunei pun juga menyatakan dirinya sebagai keturunan suku Sakai dari pulau Andalas (Sumatera). Diperkirakan suku Kedayan (Brunei), suku Banjar dan beberapa suku yang ada di Kalimantan Barat yang sering disebut kelompok Melayu Lokal, kemungkinan berasal dari satu kelompok induk yang sama (Proto Melayu) yang telah terpisah ratusan tahun dan sebelumnya menyeberang dari pulau Sumatera, kemudian bercampur dengan orang pribumi (Dayak) di daerah masing-masing. Hal ini dapat diketahui dari persamaan beberapa kosa kata dari bahasa Kedayan dan bahasa Banjar, seperti kata bepadah (memberitahu), tatak (potong), tarabah (terjatuh), dan sebagainya. Pengaruh Melayu juga kita dapatkan pada dialek Bahasa Banjar Amuntai dan Banjarmasin yang mengucapkan huruf r dengan cadel. Pendapat lain menyatakan bahwa pulau Borneo (terutama Kalimantan Barat) adalah tanah asal usul bahasa Melayu, karena banyaknya jenis bahasa Melayu Lokal yang berkembang seperti Sarawak, Iban, Selako, Ketapang, dan Sambas. Diperkirakan kelompok Melayu (baca: Proto Malayic) inilah yang datang pada migrasi ke II yang mendesak kelompok Melanesia (nenek moyang Papua) yang datang pada migrasi I, akhirnya keluar dari Borneo. Tetapi kemudian kelompok Proto Malayic (Iban) terdesak oleh nenek moyang Dayak (migrasi III) yang datang dari pulau Formoso dengan membawa adat pemotongan kepala (ngayau/pengayauan) sehingga sebagian kelompok Proto Malayic migrasi keluar dari Borneo. Proto Malayic menurunkan Proto Malay yang menggunakan bahasa Melayu Lokal (Bukit, Banjar, Kutai dan lain-lain). Sedangkan Proto Malay (Proto Melayu) menurunkan suku Melayu yang ada sekarang ini. Demikian pula ada sebagian kelompok Dayak (Maanyan) yang migrasi menuju Madagaskar. Menurut pendapat sebagian ahli sejarah, orang melayu (melayu kuno) telah datang ke daerah ini pada sekitar abad ke-6. Diperkirakan orang melayu datang melalui selat Karimata yang memisahkan pulau Belitung dengan wilayah kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat yang penduduknya saat ini dikenal dengan sebutan orang Melayu Ketapang. Di sungai Amas, Kabupaten Tapin telah ditemukannya patung Buddha Dipamkara (ketenangan air) yang sering dibawa oleh pelaut dan juga sebuah batu terpotong bertuliskan aksara Pallawa, Siddha (mungkin selengkapnya Jaya Siddha Yatra/Perjalanan yang Mencapai Keberhasilan) menunjukkan pengaruh agama Buddha dan migrasi orang Melayu dari Kerajaan Melayu maupun Sriwijaya abad ke-7 atau sebelumnya. Suku bangsa Banjar berintikan penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya, membangun tanah air baru di kawasan ini sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya,-setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu(Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu, dan Banjar (Kuala). Oleh karena itu, ketika kita bicara tentang identitas etnik Banjar, maka penelusuran tentang asal usul etnik ini menjadi penting. Alfani Daud berasumsi bahwa cikal-bakal nenek moyang orang-orang Banjar adalah pecahan sukubangsa Melayu, yang sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu, berimigrasi secara besar-besaran ke kawasan ini dari Sumatera atau sekitarnya. Peristiwa perpindahan besar-besaran sukubangsa Melayu ini, yang belakangan menjadi inti nenek moyang sukubangsa Banjar, diperkirakan terjadi pada zaman Sriwijaya atau sebelumnya. Imigrasi besar-besaran dari sukubangsa Melayu ini kemungkinan sekali tidak terjadi dalam satu gelombang sekaligus. Menurut asumsi Alfani Daud, kemungkinan sekali etnik Dayak yang sekarang ini mendiami Pegunungan Meratus adalah sisa-sisa dari imigran-imigran Melayu gelombang yang pertama yang terdesak oleh kelompok-kelompok imigran yang datang belakangan. Diperkirakan bahwa imigran-imigran Melayu yang datang belakanganlah yang menjadi kelompok inti terbentuknya sukubangsa Banjar. Dari cikal-bakal inilah nantinya yang menjadi dasar bagi pembentukan struktur sosial dalam masyarakat Banjar. Pendekatan Primordialisme Mengikut Alfani Daud (1997; 2004: 85) suku bangsa Banjar ialah penduduk asli sebahagian wilayah provinsi Kalimantan Selatan, iaitu selain kabupaten Kota Baru. Mereka itu diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali, dan setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasanya dinamakan secara umum sebagai suku Dayak, dan dengan imigran yang datang kemudian, akhirnya terbentuklah setidak-tidaknya lima subsuku, iaitu: Banjar Pahuluan Banjar Batang Banyu Banjar Kuala Banjar Alai Banjar Kaluak Orang Pahuluan pada asasnya ialah penduduk daerah lembah sungai-sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke Pegunungan Meratus. Orang Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan oang Banjar Kuala mendiami daerah sekitar Banjarmasin dan Martapura. Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya ialah bahasa Melayu, sama halnya seperti ketika mereka berada di daerah asalnya di Sumatera atau sekitarnya – yang di dalamnya terdapat banyak sekali kosa kata yang berasal dari kosa kata Dayak dan Jawa. Nama Banjar diperoleh kerana mereka dahulu, sebelum dihapuskan pada tahun 1860, adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau dianggap sebagai Banjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada masa mula-mula didirikan. Ketika ibukota dipindahkan arah ke pedalaman, terakhir di Martapura, nama Banjar tersebut nampaknya sudah diterima umum dan tidak berubah lagi. Pendekatan Konstruktifis atau Situasionalis Profil pembesar Kerajaan Banjar sekitar tahun 1850 koleksi Muzium Lambung Mangkurat. Mengikut Idwar Saleh (1986: 12) pula, sebelum dan pada awal berdirinya Kesultanan Islam Banjar, etnik Banjar pada waktu itu belum menjadi identiti suku atau agama, dan hanya sebagai identiti diri yang merujuk pada kawasan teritorial tertentu yang menjadi tempat tinggal mereka. Idwar Saleh menyimpulkan suku Banjar terdiri dari tiga subetnik berdasarkan wilayah tempat tinggal mereka dan unsur pembentukan suku: Banjar Pahuluan; campuran Melayu dan Bukit (Bukit sebagai ciri kelompok). Banjar Batang Banyu; campuran Melayu, Maayan, Lawangan, Bukit dan Jawa (Maanyan sebagai ciri kelompok) Banjar Kuala; campuran Melayu, Ngaju, Barangas, Bakumpai, Maayan, Lawangan, Bukit dan Jawa (Ngaju sebagai ciri kelompok). Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Suku_Banjar http://pps-antasari.ac.id/ dan sumber lainnya

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Tinggalkan Komentar anda disini dan harap gunakan Kata-Kata yg Sopan!....................