Ayam disabung jantan dipaut
Batang selasih permainan anak
Beli cempedak dari juana
Berkurun lama pergi menjauh
Burung merbuk membuat sarang
Hujan panas turun berderai
Kain cindai dilipat-lipat
Kalau menyanyi perlahan-lahan
Kalau tuan pergi ke bendang,
Kalau Tuan pergi ke Jambi
Laju-laju perahu laju
Limau purut lebat di pangkal
Melepuh kakiku terkena tunggul,
Orang berhuma di Pulau Balangan
Pohon sena cabangnya empat
Sayang Laksamana mati dibunuh
Sayang pelanduk
Tajam tubuh si buah gading
Tebang gelam tebang kenanga
Anak angsa mati lemas
Anak merak Kampung Cina
Angin kencang turunlah badai
Berbuah lebat pohon mempelam
Gadis Aceh berhati gundah
Ikan berenang di dalam lubuk
Air melurut ke tepian mandi
Angin teluk menyisir pantai
Dalam semak ada duri
Ayam kuning buat sarang
Orang tamak selalu rugi
Macam anjing dengan baying
Dayung perahu tuju haluan
Membawa piring bersama rempah
Kalau ilmu tidak diamalkan
Ibarat pohon tidak berbuah
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Anak merak Kampung Cina
Singgah berhenti kepala titi
Emas perak kebesaran dunia
Budi bahasa tak dapat dicari
Angin kencang turunlah badai
Seumur hidup cuma sekali
Tunduk kepala jatuh ke lantai
Jari sepuluh menjunjung duli
Berbuah lebat pohon mempelam
Rasanya manis dimakan sedap
Bersebarlah adat seluruh alam
Adat pusaka berpedoman kitab
Bunga melati bunga di darat
Bunga seroja di tepi kali
Hina besi karena karat
Hina manusia tidak berbudi
Gadis Aceh berhati gundah
Menanti taruna menghulur tepak
Gula manis sirih menyembah
Adat dijunjung dipinggir tidak
Ikan berenang di dalam lubuk
Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang
Air melurut ke tepian mandi
Kembang berseri bunga senduduk
Elok diturut resmi padi
Semakin berisi semakin tunduk
Angin teluk menyisir pantai
Hanyut rumpai di bawah titi
Biarlah buruk kain dipakai
Asal pandai mengambil hati
Dalam semak ada duri
Ayam kuning buat sarang
Orang tamak selalu rugi
Macam anjing dengan baying
Dayung perahu tuju haluan
Membawa rokok bersama rempah
Kalau ilmu tidak diamalkan
Ibarat pohon tidak berbuah
Encik Dollah pergi ka Jambi
Pergi pagi kembali petang
Kalau Tuhan hendak membagi
Pintu berkancing rezeki datang
Lagu bernama serampang laut
Ditiup angin dari Selatan
Layar dikembang kemudi dipaut
Kalau tak laju binasa badan
Orang haji dari Jeddah
Buah kurma berlambak-lambak
Pekerjaan guru bukanlah mudah
Bagai kerja menolak ombak
Padi segemal kepuk di hulu
Sirih di hilir merekap junjungan
Kepalang duduk menuntut ilmu
Pasir sebutir jadikan intan.
Masuk hutan berburu musang
Musang mati dijerat orang
Macam mana hati tak bimbang
Ayam di sangkar disambar elang
Pisau raut hilang di rimba
Pakaian anak raja di Jeddah
Karam di laut boleh ditimba
Karam di hati bilakah sudah
Apa guna kepuk di ladang
Kalau tidak berisi padi
Apa guna keris di pinggang
Kalau tidak berani mati
Anak Cina bersampan kotak
Muatan sarat dengan ragi
Biar retak bumi kupijak
Kamu takkan kulepaskan lagi
Kalau mengail di lubuk dangkal
Dapat ikan sepenuh raga
Kalau kail panjang sejengkal
Jangan lautan hendak diduga
Limau bentan di tepi tingkap
Anak-anak melempar burung
Harimau di hutan lagi kutangkap
Inikan pula cicak mengkarung
Orang menyeberang gunakan titi
Titi dibuat tinggi di atas
Dalam telur lagikan dinanti
Inikan pula sudah menetas
Ada seekor burung belatuk
Cari makan di kayu buruk
Tuan umpama ayam pungguk
Segan mencakar rajin mematuk
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Jika ditambat kalah laganya
Asam di darat ikan di laut
Dalam belanga bertemu jua
Batang selasih permainan anak
Daun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga
Beli cempedak dari juana
Mari dibelah di atas tudung
Jika berhajat menyunting bunga
Jumpa wali di atas gunung
Berkurun lama pergi menjauh
Wajah kulihat di dalam mimpi
Kalau dah kasih sesama sungguh
Kering lautan tetap kunanti
Buah kuini jatuh tercampak
Jatuh menimpa bunga selasih
Biar bertahun di lambung ombak
Tidak kulupa pada yang kasih
Burung merbuk membuat sarang
Anak enggang meniti di paya
Tembaga buruk di mata orang
Intan berkarang di hati saya
Harum baunya si bunga tanjung
Harumnya sampai ke puncak gunung
Tuan umpama sekaki payung
Hujan panas tempat berlindung
Hujan panas turun berderai
Guruh menyambar pohon jati
Kasih sayang tak boleh bercerai
Bagaikan rambut bersimpul mati
Kain cindai dilipat-lipat
Lipat mari tepi perigi
Kalau pandai Tuan memikat
Burung terbang menyerah diri
Kalau menyanyi perlahan-lahan
Dibawa angin terdengar jauh
Kalau hati tidak tertahan
Di dalam air badan berpeluh
Kalau tuan pergi ke bendang,
Jangan petik buah rumbia,
Tuan umpama bulan mengambang,
Cahaya meliput serata dunia.
Kalau Tuan pergi ke Jambi
Ambil air untuk jurobatunya
Kalau Tuan hendakkan kami
Bakar air ambil abunya
Laju-laju perahu laju
Lajunya sampai ke Surabaya
Lupa kain lupakan baju
Tetapi jangan lupakan saya
Limau purut lebat di pangkal
Batang selasih condong uratnya
Hujan ribut dapat ditangkal
Hati kasih apa obatnya?
Melepuh kakiku terkena tunggul,
Tunggul besar di tengah padang,
Gelusuh hatiku melihat sanggul,
Sanggul besar berbunga goyang.
Orang berhuma di Pulau Balangan
Asap apinya tabun-menabun
Tuan laksana bunga kayangan
Kuntum kasturi tangkainya embun
Pohon sena cabangnya empat
Mari terbang waktu pagi
Kalau kena dengan makrifat
Burung terbang menyerah diri
Sayang Laksamana mati dibunuh
Mati dibunuh Datuk Menteri
Tuan umpama minyak yang penuh
Sedikit tidak tertumpah lagi
Sayang pelanduk
di luar pagarMati ditembak patah kakinya
Tujuh tahun gunung terbakar
Baru sekarang nampak apinya
Tajam tubuh si buah gading
Hendaklah ikat bersama tali
Hancur luluh tulang dan daging
Namun kulupa tidak sekali
Tebang gelam tebang kenanga
Batang tumbang menimpa gedung
Kumbang mengidam nak seri bunga
Bunga kembang di puncak gunung
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Anak merak Kampung Cina
Singgah berhenti kepala titi
Emas perak kebesaran dunia
Budi bahasa tak dapat dicari
Angin kencang turunlah badai
Seumur hidup cuma sekali
Tunduk kepala jatuh ke lantai
Jari sepuluh menjunjung duli
Berbuah lebat pohon mempelam
Rasanya manis dimakan sedap
Bersebarlah adat seluruh alam
Adat pusaka berpedoman kitab
Bunga melati bunga di darat
Bunga seroja di tepi kali
Hina besi karena karat
Hina manusia tidak berbudi
Gadis Aceh berhati gundah
Menanti taruna menghulur tepak
Gula manis sirih menyembah
Adat dijunjung dipinggir tidak
Ikan berenang di dalam lubuk
Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang
Air melurut ke tepian mandi
Kembang berseri bunga senduduk
Elok diturut resmi padi
Semakin berisi semakin tunduk
Angin teluk menyisir pantai
Hanyut rumpai di bawah titi
Biarlah buruk kain dipakai
Asal pandai mengambil hati
Dalam semak ada duri
Ayam kuning buat sarang
Orang tamak selalu rugi
Macam anjing dengan baying
Dayung perahu tuju haluan
Membawa piring bersama rempah
Kalau ilmu tidak diamalkan
Ibarat pohon tidak berbuah
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Anak merak Kampung Cina
Singgah berhenti kepala titi
Emas perak kebesaran dunia
Budi bahasa tak dapat dicari
Angin kencang turunlah badai
Seumur hidup cuma sekali
Tunduk kepala jatuh ke lantai
Jari sepuluh menjunjung duli
Berbuah lebat pohon mempelam
Rasanya manis dimakan sedap
Bersebarlah adat seluruh alam
Adat pusaka berpedoman kitab
Bunga melati bunga di darat
Bunga seroja di tepi kali
Hina besi karena karat
Hina manusia tidak berbudi
Gadis Aceh berhati gundah
Menanti taruna menghulur tepak
Gula manis sirih menyembah
Adat dijunjung dipinggir tidak
Ikan berenang di dalam lubuk
Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang
Air melurut ke tepian mandi
Kembang berseri bunga senduduk
Elok diturut resmi padi
Semakin berisi semakin tunduk
Angin teluk menyisir pantai
Hanyut rumpai di bawah titi
Biarlah buruk kain dipakai
Asal pandai mengambil hati
Dalam semak ada duri
Ayam kuning buat sarang
Orang tamak selalu rugi
Macam anjing dengan baying
Dayung perahu tuju haluan
Membawa rokok bersama rempah
Kalau ilmu tidak diamalkan
Ibarat pohon tidak berbuah
Encik Dollah pergi ka Jambi
Pergi pagi kembali petang
Kalau Tuhan hendak membagi
Pintu berkancing rezeki datang
Lagu bernama serampang laut
Ditiup angin dari Selatan
Layar dikembang kemudi dipaut
Kalau tak laju binasa badan
Orang haji dari Jeddah
Buah kurma berlambak-lambak
Pekerjaan guru bukanlah mudah
Bagai kerja menolak ombak
Padi segemal kepuk di hulu
Sirih di hilir merekap junjungan
Kepalang duduk menuntut ilmu
Pasir sebutir jadikan intan.
Masuk hutan berburu musang
Musang mati dijerat orang
Macam mana hati tak bimbang
Ayam di sangkar disambar elang
Pisau raut hilang di rimba
Pakaian anak raja di Jeddah
Karam di laut boleh ditimba
Karam di hati bilakah sudah
Apa guna kepuk di ladang
Kalau tidak berisi padi
Apa guna keris di pinggang
Kalau tidak berani mati
Anak Cina bersampan kotak
Muatan sarat dengan ragi
Biar retak bumi kupijak
Kamu takkan kulepaskan lagi
Kalau mengail di lubuk dangkal
Dapat ikan sepenuh raga
Kalau kail panjang sejengkal
Jangan lautan hendak diduga
Limau bentan di tepi tingkap
Anak-anak melempar burung
Harimau di hutan lagi kutangkap
Inikan pula cicak mengkarung
Orang menyeberang gunakan titi
Titi dibuat tinggi di atas
Dalam telur lagikan dinanti
Inikan pula sudah menetas
Ada seekor burung belatuk
Cari makan di kayu buruk
Tuan umpama ayam pungguk
Segan mencakar rajin mematuk
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat jasad tidak sembahyang
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Komentar anda disini dan harap gunakan Kata-Kata yg Sopan!....................