Populer

Cari Blog Ini

Music Listening

Translate

Selasa, 06 Agustus 2013

Kesultanan Banjar Utus 2 Datuk Ke Convention PanBorneo Di Brunei Darussalam

kesultananbanjar-utus-dua.jpg BANDAR SERI BEGAWAN – Pusat Sejarah Brunei mengadakan Konvensyen penBorneo 2013 dari tanggal 13-14 September 2013 di Bandar Seri Begawan Brunei Darussalam. Acara tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya sejarah Borneo dan meningkatkan pengkajian tentang sejarah dan hal-hal berkaitan dengan masa depan Borneo. Hal ini dilakukan untuk melakukan penyelamatan warisan budaya Borneo dalam rangka menghadapi masalah global. Bagi Negara Brunei dan kawasan kerajaan dan kesultanan lain di Kalimantan Barat, Selatan dan Timur merupakan kesinambungan pemahaman peradaban Melayu Islam dan Dayak. Konvensyen panBorneo diikuti oleh seluruh utusan kerajaan dan kesultanan di kawasan Borneo/Kalimantan dan kalangan Universitas Brunei, Serawak, dan Sabah Malaysia serta dari Holland untuk mempertemukan pemikiran dan kajian borneo di masing-masing tempat, termasuk peradaban, agama, social budaya, adat tradisi, manuskrip dan sejarah kerajaan/kesultanan. Kegiatan ini dibagi dalam dua komponen program yakni pameran sumber kajian borneo dan penyampaian makalah sekitar 41 judul yang juga dihadiri para peninjau, mahasiswa, guru-guru Negara Brunei Darussalam dan peminat kajian Borneo. Dari Kalimantan Selatan dihadiri oleh dua orang utusan Kesultanan Banjar yakni DMA H. Syarifuddin yang mengangkat judul makalah Kerakatan Kerajaan dalam Hubungan Budaya sebagai Jendela Borneo. Sedangkan DCH Taufik Arbain mengangkat judul makalah Perang Banjar, Migrasi dan Penyebaran Islam di Negeri Serumpun Melayu Borneo. Menurut Taufik Arbain kehadiran kesultanan Banjar di konvensyen tersebut merupakan kehormatan dari kerajaan Brunei Darussalam untuk berbagi pikiran tentang kepentingan peradaban Borneo khususnya peradaban Melayu yang dilakukan Kesultanan Banjar sejak masa lalu hingga sekarang di selatan Borneo. “Pada acara tersebut kita bisa mendengarkan beberapa paparan dari pihak Kesultanan lain di Kalimantan, Brunei dan universitas di Sabah, Serawak dan Brunei sehingga mendapatkan titik temu dan saling tali temali atas pengkajian-pengkajian borneo”, ungkap dosen Fisip Unlam ini. Sementara itu menurut DMA Syarifuddin, kegiatan yang dicadangkan oleh Kerajaan Brunei sebagai Pusat Kajian Borneo akan mengeratkan hubungan antar pihak dan saling member, membangun silaturahmi dan kunjungan dalam rangka melakukan pengkajian borneo dan mengkomunikasikan perkembangan masing-masing.

Ramadhan Di Banjarmasin

pesantren2bramadhan2bsa.jpg Islam, Ramadhan dan Tradisi di Banjarmasin Menempati posisi unik di pulau Kalimantan, Banjarmasin menorehkan sejarahnya tersendiri dalam penyebaran Islam di bumi Borneo. Sejarah permulaan masuk dan perkembangan Islam di Banjarmasin sendiri pada dasarnya tidaklah lepas dari jasa, peranan dan perjuangan para ulama dan tokoh-tokoh Islam yang hidup pada masa dulu. Dalam konteks budaya, pandangan atau pengaruh Islam di Banjarmasin pun terasa lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, yang hampir identik dengan Islam, terutama yang berkaitan dengan tauhid. Dan ketika Ramadhan tiba, Banjarmasin pun bergeliat menawarkan pesona yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Nusantara. Salah satu tradisi unik di Banjarmasin dalam bulan Ramadhan adalah digelarnya Pasar Wadai Ramadhan. Dalam skala kecil, tradisi ini sudah berjalan rutin setiap tahunnya secara tradisional dari dulu. Pasar Wadai Ramdhan sendiri kemudian menjadi agenda resmi selama bulan Ramadhan kota Banjarmasin semenjak 1985. Selain Pasar Wadai, tradisi Badadamaran pun sudah berjalan selama ratusan tahun. Badadamaran artinya menyalakan lampu dari getah pohon damar. Namun, dengan semakin langkanya getah damar maka lampu yang dipakai pun berganti dengan lampu-lampu yang terbuat dari sumbu dan botol sirup yang diletakkan dihalaman rumah sejak malam ke 21 Ramadhan sampai malam Lebaran...