Populer

Cari Blog Ini

Music Listening

Translate

Minggu, 12 Desember 2010

Penobatan Raja Muda Kesultanan Melayu Di Raja Banjar

Martapura, Pangeran Haji Gusti Khairul Saleh, Minggu (12/12/2010) siang, resmi dinobatkan sebagai Raja Muda Kasultanan Melayu Banjar dalam acara Penobatan, Penganugerahan Gelar Bangsawan, dan Gelar Budaya. Yang bersangkutan mendapat gelar Raja Muda Pangeran Haji Khairul Saleh. Penobatan yang dihadiri raja dan wakil dari 23 kerajaan di Nusantara itu berlangsung di Gedung Mahligai Sultan Adam, Martapura, Kabupaten Banjar , Kalimantan Selatan. Tampak hadir, antara lain, Para Bangsawan Banjar di luar negeri, Ketua Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) Paku Buwono XIII Tejo Wulan dan Sekretaris Jenderal FSKN Kanjeng Pangeran Haryo Kusumadiningrat. Hadir pula perwakilan dari Kementerian Pariwisata, dalam hal ini Staf Ahli Pranata Sosial Surya Yoga. Acara diawali dengan masuknya para raja Nusantara ke dalam mahligai, setelah didahului tari Sinoman Hadrah dan tari Putri Junjung Buih. Setiap raja yang masuk balai langsung disambut dengan taburan beras kuning dan pekikan salawat, sedangkan dari kejauhan terdengar suara gamelan Banjar . Khairul Saleh duduk di lamin didampingi para bangsawan, guru besar, dan ulama kharismatik KH Anang Zajouly Seman dan Gubernur Kalsel. Khairul Saleh sendiri saat ini menjabat sebagai Bupati Banjar periode 2010-2015. Sumber: www.banjarmasinpost.co.id

Rabu, 08 Desember 2010

Ulama Termasyhur Malaysia Asal Tanah Banjar (Kalimantan Selatan)

Ulama Terkenal yang Berketurunan Banjar Dari segi agama, boleh dikatakan semua orang Banjar memeluk agama Islam. Dan mereka pada umumnya ialah orang yang taat menjalankan perintah agamanya. Beberapa ulama terkenal nusantara adalah terdiri dari orang Banjar. Antaranya:- 1. Dato Seri Dr Harussani bin Haji Zakaria, mufti negeri Perak 1992- Sekarang ( Beliau dilahirkan di Parit Tok Ngah, Tanjung Piandang, Parit Buntar, Perak . Beliau kini Tinggal di Kampung Melayu, Sungai Rapat, 31350 Ipoh, Perak) 2. Syaikh Muhammad Nuruddin Marbu Abdullah Al-Banjary Al-Makky, salah satu ulama kontemporari Mazhab Syafi'i di nusantara, pengarang dan pentahqiq puluhan buku berbahasa arab 3. Arwahyarham Dato Ishak Baharom, mantan mufti negeri Selangor. 4. Arwahyarham Syeikh Husein Kedah Al Banjary, mantan mufti negeri Kedah 5. Arwahyarham Sabran bin Haji Asmawi, mantan ADUN Gunung Semanggol, Negeri Perak

Penghijrahan Orang Banjar Ke Sumatera Dan Malaysia

[ sunting Penghijrahan ke Sumatera dan Malaysia Suku Banjar yang tinggal di Sumatera dan Malaysia merupakan anak cucu dari para penghijrah etnik Banjar yang datang dalam tiga gelombang migrasi besar. Pertama, pada tahun 1780 terjadi penghijrahan besar-besaran ke pulau Sumatera. Etnik Banjar yang menjadi pendatang ketika itu adalah para penyokong Pangeran Amir yang kalah dalam perang saudara Kerajaan Banjar , iaitu Pangeran Tahmidullah. Mereka terpaksa melarikan diri dari wilayah Kerajaan Banjar kerana sebagai musuh politik mereka sudah dijatuhkan hukuman mati. Kedua, pada tahun 1862 terjadi lagi penghijrahan besar-besaran ke pulau Sumatera. Etnik Banjar yang menjadi pendatang ialah para pendukung Pangeran Antasari dalam kemelut Perang Banjar. Mereka terpaksa melarikan diri dari pusat pemerintahan Kerajaan Banjar di kota Martapura atas alasan yang sama. Pasukan Residen Belanda yang menjadi musuh mereka dalam Perang Banjar yang sudah menguasai kota-kota besar di wilayah Kerajaan Banjar. Ketiga, pada tahun 1905 etnik Banjar kembali melakukan penghijrahan besar- besaran ke pulau Sumatera. Kali ini mereka terpaksa melakukannya kerana Sultan Muhammad Seman yang menjadi Raja di Kerajaan Banjar ketika itu mati syahid di tangan Belanda. Penghijrahan suku Banjar ke Sumatera khususnya ke Tembilahan, Indragiri Hilir sekitar tahun 1885 di masa pemerintahan Sultan Isa, raja Indragiri sebelum raja yang terakhir. Tokoh etnik Banjar yang terkenal dari daerah ini ialah Syekh Abdurrahman Siddiq Al Banjari yang berasal dari Martapura, Banjar yang memegang jawatan sebagai Mufti Kerajaan Indragiri. Dalam masa-masa tersebut, suku Banjar juga berhijrah ke Malaysia antara lain ke negeri Kedah , Perak ( Kerian , Sungai Manik , Bagan Datoh ), Selangor ( Sabak Bernam , Tanjung Karang ), Johor ( Batu Pahat ) dan juga negeri Sabah ( Sandakan , Tenom , Keningau , Tawau ) yang dikenali sebagai Banjar Melau . Tokoh etnik Banjar yang terkenal dari Malaysia adalah Syeikh Husein Kedah Al Banjari , iaitu bekas mufti Kerajaan Kedah. Salah seorang etnik tokoh Banjar dari Malaysia yang terkenal ketika ini ialah Dato Seri Harussani bin Haji Zakaria yang menjadi Mufti Kerajaan Negeri Perak. Daerah yang paling ramai terdapat etnik Banjar di Malaysia adalah daerah Kerian di Negeri Perak Darul Ridzuan. Organisasi suku Banjar di Malaysia adalah Pertubuhan Banjar Malaysia .

Mengkaji Warisan Khasanah Datuk Sheikh Mohammad Arsyad Al-Banjary


bekerjasama dengan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), Dewan Pustaka Malaysia (DPM) serta Persatuan Ulama Kedah (PUK), menyelenggarakan Seminar Internasional tentang Sejarah Hidup dan Pemikiran Al-Banjari. Banyak hal dan harapan yang terlontar dalam seminar penting itu. Intinya, keinginan yang sama dari berbagai tokoh dan intelektual Melayu (Banjar- Malaysia) tentang pentingnya kajian dan publikasi yang lebih luas terhadap jasa, aktivitas, perjuangan, karya tulis dan khazanah emas pemikiran Al- Banjari. Apakah yang istimewa dari khazanah Al-Banjari? Bagi saya, jika kita sepakat, Al-Banjari adalah tokoh dan ulama besar yang mengharumkan nama banua dengan seluruh karya dan peninggalannya kemudian diteruskan oleh keturunannya. Maka, menjadi hal yang signifikan bagi kita untuk mengkaji warisan ilmu dan karya yang ditinggalkan itu. Sebab, kita sering lupa pada warisan lama berharga. Dibanding Malaysia, kita jauh tertinggal untuk kajian serupa. Malaysia terus menggalakkan kajian penting tentang perjuangan, pemikiran dan karya besar ulama Melayu, seperti Kitab Sabil al-Muhtadin yang dianggap sebagai salah satu `Karya Agung Melayu `. Al-Banjari memang tokoh yang multidimensi dalam membangun masyarakat Banjar. Karenanya, perjuangan, kebesaran, jasa, keilmuannya senantiasa dikenang umat. Dia meninggalkan teladan dakwah yang banyak, karya nyata yang bermanfaat, karya tulis yang bisa dikaji dan generasi kader yang terus berjuang mendakwahkan Islam. Dari semua yang dilakukannya, seakan Al- Banjari berpesan kepada kita: “Jangan pernah berhenti berkarya untuk membangun umat.” Al-Banjari membangun komunitas dengan meletakkan landasan yang kuat bagi kehidupan masyarakat.

Suku Banjar Di Malaysia

Sabtu, 28 Agustus 2010

Surat Wasiat Sulthan Adam Untuk Pangeran Hidayatullah

Naskah Asli tersimpan baik oleh Ratu Yus Roostianah Keturunan garis ke-3 / cicit dari Pangeran Hidayatullah

Surat diatas merupakan tulisan tangan dalam huruf arab berbahasa Melayu Banjar.

Terjemahan :

Bismillahirrahmannirrahiim

Asyhadualla ilaha ilallah naik saksi aku tiada Tuhan lain yang di sembah dengan se-benar2nya hanya Allah

Wa asyhaduanna Muhammadarasulullah naik saksi aku Nabi Muhammad itu se-benar2nya pesuruh Allah Ta’ala

Dan kemudian dari pada itu aku menyaksikan kepada dua orang baik2 yang memegang hukum agama Islam yang pertama Mufti Haji Jamaluddin yang kedua pengulu Haji Mahmud serta aku adalah didalam tetap ibadahku dan sempurna ingatanku.

Maka adalah aku memberi kepada cucuku Andarun bernama Pangeran Hidayatullah suatu desa namanya Riyam Kanan maka adalah perwatasan tersebut dibawah ini ;

Mulai di Muha Bincau terus di Teluk Sanggar dan Pamandian Walanda dan Jawa dan terus di Gunung Rungging terus di Gunung Kupang terus di Gunung Rundan dan terus di Kepalamandin dan Padang Basar terus di Pasiraman Gunung Pamaton terus di Gunung Damar terus di Junggur dari Junggur terus di Kala’an terus di Gunung Hakung dari Hakung terus di Gunung Baratus, itulah perwatasan yang didarat.

Adapun perwatasan yang di pinggir sungai besar maka adalah yang tersebut dibawah ini;

Mulai di Teluk Simarak terus diseberang Pakan Jati terus seberang Lok Tunggul terus Seberang Danau Salak naik kedaratnya Batu Tiris terus Abirau terus di Padang Kancur dan Mandiwarah menyebelah Gunung Tunggul Buta terus kepada pahalatan Riyam Kanan dan Riyam Kiwa dan Pahalatan Riyam Kanan dengan tamunih yaitu Kusan.

Kemudian aku memberi Keris namanya Abu Gagang kepada cucuku.

Kemudian lagi aku memberi pula suatu desa namanya Margasari dan Muhara Marampiyau dan terus di Pabaungan kaulunya Muhara Papandayan terus kepada desa Batang Kulur dan desa Balimau dan desa Rantau dan desa Banua Padang terus kaulunya Banua Tapin.

Demikianlah yang berikan kepada cucuku adanya.

Syahdan maka adalah pemberianku yang tersebut didalam ini surat kepada cucuku andarun Hidayatullah hingga turun temurun anak cucunya cucuku andarun Hidayatullah serta barang siapa ada yang maharu biru maka yaitu aku tiada ridho dunia akhirat.

Kemudian aku memberi tahu kepada sekalian anak cucuku dan sekalian Raja-raja yang lain dan sekalian hamba rakyatku semuanya mesti me-Rajakan kepada cucuku andarun Hidayatullah ini buat ganti anakku Abdur Rahman adanya.

Tertulis kepada hari Isnain tanggal 12 bulan Shafar 1259

Jumat, 27 Agustus 2010

Pengaruh Ulama Banjarmasin Di Nusantara

TULISAN ini selain bersumber dari kajian dan analisa penulis dari tiga makalah yang disampaikan dalam Seminar Nasional STAIN SAS Bangka Belitung tentang Sejarah Masuknya Islam di Bangka Belitung, Rabu (19/8) di Gedung LPMP Provinsi Bangka Belitung, juga merujuk dari beberapa literatur dan sumber lisan yang ada kaitannya dengan sejarah Islam di Bangka Belitung
SEBELUMNYA telah dipaparkan fase awal penyebaran Islam di Bangka Belitung (khususnya di Pulau Bangka) baru teridentifikasi pada abad XVI yang dibuktikan dengan kedatangan Sultan Johor dan Panglima Perang Tuan Sarah serta Raja Alam Harimau Garang dari Minangkabau yang mengemban misi untuk menumpas bajak laut (lanun/lanon) sekaligus menyebarkan Agama Islam yang berkedudukan di Bangkakota dengan mengangkat Panglima Sarah sebagai Raja Muda di Pulau Bangka. Kemudian dilanjutkan dengan priode ulama Banten yang berakhir pada sekitar separuh lebih dari abad XVII atau sejak wafatnya Bupati Nusantara pada tahun 1671.

Pasca selanjutnya, penyebaran dan dakwah Islam di Pulau Bangka dilanjutkan oleh Kesultanan Palembang yang pada saat itu dipimpin oleh Sultan Abdurrahman, menantu Bupati Nusantara. Sampai di priode ini (Kesultanan Palembang) penyebaran Islam berlangsung lamban karena hampir dari seluruh sultan Palembang lebih terfokus pada eksploitasi bijih timah ketimbang secara intensif menyebarkan Islam di Pulau Bangka.

Babak baru penyebaran Islam di Pulau Bangka baru terjadi atau diperkirakan berlangsung sekitar pertengahan abad XIX. Disebut sebagai babak baru karena upaya penyebaran Islam secara intensif dilakukan ke hampir seluruh Pulau Bangka bermula pada pertengahan abad XIX. Pada priode ini, ulama Banjar (Kalimantan Selatan) memegang peranan penting, karena mereka inilah yang konon disebut-sebut sebagai ulama paling berpengaruh ‘mewarnai’ Islam di Pulau Bangka. Mengenai kapan tahun kedatangan pertama ulama-ulama Banjar ke Pulau Bangka belum diperoleh data yang pasti.

Dalam makalah berjudul Islamisasi di Bangka ditulis oleh Ketua STAIN SAS Bangka Belitung, Drs Zulkifli Harmi MA, dalam Seminar Nasional Sejarah Masuknya Islam di Bangka Belitung, memaparkan salah seorang ulama Banjar yang tercatat mendatangi sekaligus menyebarkan Islam di Pulau Bangka adalah H Muhammad Afif keturunan ketiga (cicit) Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari ulama Banjar yang paling berpengaruh dan pengarang kitab fiqih Sabil al Muhtadin yang tersohor itu. Kemungkinan besar, H Muhammad Afif yang tidak lain adalah ayah dari Syaikh Abdurrahman Siddik ini datang ke Pulau Bangka tepatnya di Muntok pada dekade setelah 1860-an.

Hijrah Karena Penindasan

Dakwah Islam di Pulau Bangka yang dilakukan oleh ulama Banjar pada pertengahan abad XIX atau sekitar tahun 1860-an, berawal dari peristiwa jatuhnya Kesultanan Banjar di tangan pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1859. Hegemoni kekuasaan kolonial pada masa itu tidak saja meruntuhkan Kesultanan Banjar secara politik maupun ekonomi, namun turut pula menciptakan kekacauan dan rasa tidak aman bagi rakyat Banjar. Khususnya para ulama dan orang-orang kesultanan yang tidak mau tunduk dengan pemerintah Belanda, terus dikejar dan dibunuh.

Berdasarkan catatan Zulkifli, runtuhnya Kesultanan Banjar yang sebelumnya telah menggantikan kedudukan Kesultanan Palembang sebagai pusat kebudayaan dan intelektual Islam di nusantara akibat pendudukan pemerintah Hindia Belanda ini, membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan Islam di Bangka. Rasa tidak aman rakyat Banjar dan ulama-ulamanya akibat penindasan pemerintah Hindia Belanda ini, membuat sebagian mereka memilih meninggalkan tanah kelahiran mereka (hijrah). Salah satu tempat yang dipilih untuk hijrah dan bermukim adalah Pulau Bangka. Pada masa itu tercatat nama H Muhammad Afif bersama istri mudanya Sofiyah binti H Muhammad Qasim dan tiga orang putranya, memilih bermukim di salah satu tempat yang strategis di Pulau Bangka yakni Kota Muntok.

Alasan mengapa H Muhammad Afif memilih melakukan penyebaran atau dakwah Islam di Pulau Bangka, tidak mendapat penjelasan rinci dalam Seminar Sejarah Masuknya Islam di Bangka Belitung. Namun boleh jadi kedatangan H Muhammad Afif ini disebabkan karena wilayah Pulau Bangka pada masa itu masih terbilang aman dari penindasan kolonial (Belanda). Tidak seperti di Banjar dimana pada saat itu para ulama dan orang-orang yang terkait dengan Kesultanan Banjar diuber-uber bahkan dibunuh oleh Belanda. Tidak menutup kemungkinan pula kalau kedatangan H Muhammad Afif di Pulau Bangka adalah untuk meneruskan dakwah Islam yang sebelumnya sudah dilakukan oleh sejumlah ulama Banjar terdahulu. Kemungkinan seperti ini (melanjutkan dakwah ulama-ulama terdahulu) bisa saja terjadi mengingat masih banyak ulama-ulama penyebar Islam pada fase awal masuknya Islam di Pulau Bangka yang diyakini belum tercantum dalam data dan garapan tentang sejarah Islam di Bangka Belitung.

Salah satunya adalah Atok Ning (Ningrat?) ulama Banten yang menyebarkan Islam di Bangka yang wafat dan dimakamkan di Desa Air Duren Kecamatan Mendobarat. Oleh sebagian orang, ulama yang satu ini disebut-sebut sebagai ulama pertama yang melakukan dakwah Islam di Mendobarat sekaligus sebagai penggagas dan pendiri masjid pertama untuk melaksanakan Sholat Jumat di Mendobarat yang sekarang bernama Masjid Mardhiatul Jannah di Desa Air Duren. Namun belum ditemukan data akurat apakah Atok Ning melakukan dakwah Islam di Air Duren ini sebelum masuknya Kesultanan dan Ulama Banten di Pulau Bangka ataukah sesudahnya. Kemungkinan seperti ini bisa pula terjadi pada ulama-ulama Banjar yang menyebarkan Islam di Pulau Bangka.

Seperti ulama-ulama sebelumnya, selama menetap di Muntok H Muhammad Afif gencar melakukan dakwah Islam. Di zaman itu, nama ulama ini pun makin tersohor di wilayah Pulau Bangka. Bahkan, menurut Zulkifli, berkat kerja keras H Muhammad Afif inilah yang membuat proses islamisasi di Bangka berlangsung cepat di masa itu.

Di penghujung abad XIX atau sekitar tahun 1898-1899, salah seorang putra H Muhammad Afif yakni Syaikh Abdurrahman Siddik datang ke Muntok dan menggantikan posisi ayahnya mengajarkan pendidikan Islam dan dakwah di Muntok.

Kedatangan ulama yang membawa ajaran tarekat Samaniah dengan salah satu karya yang terkenal yakni Amal Ma’rifat ini, belakangan, sangat memberi pengaruh besar terhadap pertumbuhan Islam di Bangka Belitung pada priode itu bahkan hingga sekarang.

Hasil penelusuran dari beberapa literatur dan keterangan yang disampaikan secara lisan, kedatangan Syaikh Abdurrahman Siddik ke Pulau Bangka setidaknya mengemban dua misi. Pertama untuk bersilaturrahmi kepada ayahnya H Muhammad Afif dan menyebarkan dakwah serta pendidikan Islam sebagai salah satu jihad dan kekuatan melawan kolonialisme pada masa itu.

Dakwah yang dilakukan Syaikh Abdurrahman Siddik tidak saja terpusat di Muntok. Selanjutnya meluas hingga Kundi, Kotawaringin, Pudingbesar, Mendobarat (yang berpusat di Kemuja), Sungaiselan, Belinyu dan sejumlah tempat lainnya.

Selain merujuk pada kitab-kitab yang dipelajari dari guru-gurunya, Syaikh Abdurrahman Siddik juga aktif menulis kitab sebagai bahan ajar. Setidaknya, selama berada di Bangka, menurut Zulkifli, Syaikh Abdurrahman Siddik telah menulis sembilan kitab masing-masing Jadwal Sifat Dua Puluh dan Tadzkirah li Nafs wa li Amsal yang ditulis di Belinyu, Pelajaran Kanak-kanak ditulis di Kemuja, Syarah Sittin Masalah dan Jurumiyah di Sungaiselan, Asrar al-Shalah min Iddah Kutub al-Mu’tamaddah, Syair Ibrah dan Khabar Qiyamah di Muntok serta Fath al-Alim fi Tartib al-Ta’lim di Kundi. Kebanyak kitab-kitab tersebut dicetak di Mathba’ah Ahmadiyah Singapura.

Berdasarkan sejumlah keterangan lisan, untuk lebih memperdalam ilmu agama yang telah ia ajarkan, Syaikh Abdurrahman Siddik menganjurkan murid-muridnya (khususnya di Kemuja) untuk menuntut ilmu (naon) di Mekkah. Mereka inilah (murid-mmurid Syaikh Abdurrahman Siddik yang naon di Mekkah) yang nantinya akan melanjutkan dakwah dan ajaran Syaikh Abdurrahman Siddik di Desa Kemuja yang dikemas dan dikelola dalam bentuk madrasah (warga setepat menyebutnya dengan sebutan Sekolah Arab) hingga menjadi pesantren yakni Pesantren Al Islam Kemuja.

Sekitar tahun 1912 M, Syaikh Abdurrahman Siddik meninggalkan Pulau Bangka dan melanjutkan dakwah Islam ke beberapa tempat di Sumatera hingga wafatnya di Riau tepatnya di Kampung Hidayat, Sapat, Indragiri tahun 1939. Sedangkan dakwah Islam yang diajarkan beliau selama di Bangka terus dikembangkan oleh para murid dan keturunannya sehingga dikenal luas seantereo Bangka Belitung.

Hingga menjelang pertengahan abad XX atau sekitar dekade 1940-an, dakwah dengan sistem pengajian di rumah-rumah penduduk oleh ulama Banjar, masih berlangsung di Pulau Bangka. Salah satu ulama dimaksud yakni KH Mansyur Al Banjari yang menetap di Desa Petaling Kecamatan Mendobarat.

Mengenai ulama ini, belum ditemukan data maupun karya tertulis yang menguak secara mendalam tentang kiprah dan pemikiran-pemikiran beliau, kecuali keterangan dari mulut ke mulut yang disampaikan oleh para tetua masyarakat. Besar kemungkinan KH Mansyur Al Banjari merupakan ulama Banjar terakhir yang melakukan dakwah Islam di Mendobarat. KH Mansyur yang oleh masyarakat Petaling dipanggil Atok Banjar ini menetap di Petaling bersama istrinya bernama Khadijah. Beliau wafat dan dimakamkan di TPU Desa Petaling yang hingga saat ini makamnya dianggap keramat dan sering diziarahi oleh banyak orang.

Kamis, 26 Agustus 2010

Bahasa Melayu Banjar

Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu. Asal bahasa ini berada di propinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai dan lain-lain. Bahasa Banjar dihipotesakan sebagai bahasa proto Malayik, seperti halnya bahasa Minangkabau dan bahasa Serawai (Bengkulu).

Selain di Kalimantan Selatan, Bahasa Banjar yang semula sebagai bahasa suku bangsa juga menjadi “bahasa pengantar“ atau “bahasa pergaulan” di daerah lainnya, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, juga digunakan di daerah kabupaten Indragiri Hilir, Riau, dimana bahasa ini dipakai sebagai bahasa penghubung antar suku.

Bahasa Banjar banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa dan bahasa-bahasa Dayak.

Bahasa Banjar atau sering pula disebut Bahasa Melayu Banjar terdiri atas dua kelompok dialek yaitu;

* Bahasa Banjar Hulu
* Bahasa Banjar Kuala

Bahasa Banjar Hulu merupakan dialek asli yang dipakai di wilayah Banua Enam yang merupakan bekas Afdelling Oloe Soengai yang meliputi kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong.

Puak-puak suku Banjar di Hulu Sungai dengan dialeknya masing-masing relatif bersesuaian dengan pembagian administratif pada jaman kerajaan Banjar dan Hindia Belanda yaitu menurut Kalurahan atau distrik pada masa itu, dimana pada jaman sekarang sudah berbeda. Puak-puak suku Banjar tersebut misalnya :

* Kelua (hilir) dan Tanjung (hulu) di DAS Tabalong.
* Balangan (Paringin) di DAS Balangan
* Amuntai dan Alabio di Hulu Sungai Utara
* Alai di DAS Batang Alai Hulu Sungai Tengah
* Labuhan Amas di DAS Labuhan Amas Hulu Sungai Tengah
* Negara (hilir) dan Kandangan (hulu) di DAS Amandit, Hulu Sungai Selatan
* Margasari (hilir) dan Rantau (hulu) di DAS Tapin
* dan lain-lain

Kelua, Amuntai, Alabio, Negara dan Margasari merupakan kelompok Batang Banyu, sedangkan Tanjung, Balangan, Kandangan, Rantau merupakan kelompok Pahuluan. Daerah Oloe Soengai dahulu merupakan pusat kerajaan Hindu, dimana asal mula perkembangan bahasa Melayu Banjar.

Mengingat orang-orang Banjar yang berada di Sumatera dan Malaysia Barat mayoritas berasal dari wilayah Hulu Sungai (Banua Enam), maka bahasa Banjar yang dipakai merupakan campuran dari dialek Bahasa Banjar Hulu menurut asal usulnya di Kalimantan Selatan.

Dialek Bahasa Banjar Kuala yaitu bahasa yang dipakai di wilayah Banjar Kuala yaitu bekas Afdelling Banjarmasin yang meliputi Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, serta kota Banjarmasin dan Banjarbaru. Pemakaiannya meluas hingga wilayah pesisir bagian tenggara Kalimantan (bekas Afdelling Kota Baru) yaitu kabupaten Tanah Bumbu dan Kota Baru sampai ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Bahasa Banjar Kuala dituturkan dengan logat datar tanpa intonasi tertentu, jadi berbeda dengan bahasa Banjar Hulu dengan logat yang kental (ba-ilun). Dialek Banjar Kuala yang asli misalnya yang dituturkan di daerah Kuin, Sungai Jingah, Banua Anyar dan sebagainya di sekitar kota Banjarmasin yang merupakan daerah awal berkembangnya kesultanan Banjar. Bahasa Banjar yang dipakai di Kalimantan Tengah cenderung menggunakan logat Dayak, sehingga keturunan Jawa yang ada di Kalteng, lebih menguasai bahasa Banjar berlogat Dayak daripada bahasa Dayak itu sendiri yang sukar dipelajari.

Contoh Dialek Banjar Hulu

* Hagan apa hampiyan mahadang di sia, hidin hudah hampai di rumah hampian (Dialek Kandangan?)
* Sagan apa sampiyan mahadang di sini, sidin sudah sampai di rumah sampiyan. (Bentuk lazim)
* Inta intalu sa’igi, imbah itu ambilakan buah nang warna abang awan warna ijau sa’uting dua uting. Jangan ta’ambil nang igat (Dialek Amuntai?)
* Minta hintalu sabigi, limbah itu ambilakan buah nang warna habang lawan warna hijau sabuting dua buting. Jangan ta’ambil nang rigat.(Bentuk lazim)

Karena kedudukannya sebagai bahasa pengantar atau bahasa pergaulan, pemakai bahasa Melayu Banjar lebih banyak daripada jumlah suku Banjar itu sendiri. Pemakaian bahasa Melayu Banjar dalam percakapan dan pergaulan sehari-hari di daerah ini lebih dominan dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Berbagai suku di Kalimantan Selatan dan sekitarnya berusaha menguasai bahasa Banjar, sehingga dapat pula kita jumpai bahasa Banjar yang diucapkan dengan logat Jawa atau Madura yang masih terasa kental seperti yang kita jumpai di kota Banjarmasin.

___________________________________________
Tingkatan Bahasa

Bahasa Banjar juga mengenal tingkatan bahasa (Jawa: unggah-ungguh), tetapi hanya untuk kata ganti orang.

* unda, sorang = aku ; nyawa = kamu —> (agak kasar)
* aku, diyaku = aku ; ikam, kawu = kamu —> (netral, sepadan)
* ulun = saya ; (sam)piyan / (an)dika = anda —>(halus)

untuk kata ganti orang ke-3 (dia)

* inya, iya, didia = dia —>(netral,sepadan)
* sidin = beliau —>(halus)

___________________________________________
Bilangan

* asa (satu)
* dua (dua)
* talu (tiga)
* ampat (empat)
* lima (lima)
* anam (enam)
* pitu (tujuh)
* walu (delapan)
* sanga (sembilan)
* sapuluh (sepuluh)
* sawalas (sebelas)
* pitungwalas (tujuhbelas)
* salawi (dua lima)
* talungpuluh (tigapuluh)
* anampuluh (enampuluh)
* walungpuluh (delapanpuluh)
* saratus (seratus)
* saribu (seribu)
* sajuta (sejuta)

(Bilangan angka dalam bahasa Banjar mirip bilangan dalam bahasa Jawa Kuno)

___________________________________________
Perbandingan Bahasa Banjar dengan Bahasa Jawa

* hanyar (Banjar), anyar (Jawa); artinya baru
* lawas (Banjar), lawas (Jawa); artinya lama
* habang (Banjar), abang (Jawa); artinya merah
* hirang (Banjar), ireng (Jawa); artinya hitam
* halar(Banjar), lar (Jawa); artinya sayap
* halat (Banjar), lat (Jawa); artinya pisah
* banyu (Banjar), banyu (Jawa); artinya air
* sam(piyan) (Banjar), sampeyan(Jawa); artinya kamu (halus)
* an(dika) (Banjar Hulu), andiko (Jawa); artinya kamu (halus)
* picak (Banjar), picek (Jawa); artinya buta
* sugih (Banjar), sugih (Jawa); artinya kaya
* licak (Banjar), licek (Jawa); artinya becek
* baksa (Banjar), beksan (Jawa); artinya tari
* kiwa (Banjar), kiwo (Jawa); artinya kiri
* rigat (Banjar), reged(Jawa); artinya kotor
* kadut (Banjar), kadut (Jawa); artinya kantong uang
* padaringan (Banjar), pendaringan (Jawa); artinya wadah beras
* dalam (Banjar), dalem (Jawa); artinya rumah bangsawan
* iwak (Banjar), iwak (Jawa); artinya ikan
* awak (Banjar), awak (Jawa); artinya badan
* ba-lampah (Banjar), nglampahi (Jawa); artinya bertapa
* ba-isuk-an (Banjar), isuk-isuk (Jawa); artinya pagi-pagi
* ulun (Banjar), ulun (Jawa); artinya aku (halus)
* jukung (Banjar), jukung (Jawa); artinya sampan
* kalir (Banjar), kelir (Jawa); artinya warna
* tapih (Banjar), tapeh (Jawa); artinya sarung, jarik
* lading (Banjar), lading (Jawa); artinya pisau
* reken (Banjar), reken (Jawa); artinya hitung
* kartak (Banjar), kertek (Jawa); artinya jalan raya
* ilat (Banjar), ilat (Jawa); artinya lidah
* gulu (Banjar), gulu (Jawa); artinya leher
* kilan (Banjar), kilan (Jawa); artinya jengkal
* kawai, ma-ngawai (Banjar), ngawe-awe (Jawa); artinya me-lambai
* ngaran (Banjar), ngaran (Jawa); artinya nama
* paranah (Banjar), pernah (Jawa); artinya…(contoh pernah nenek)
* pupur (Banjar), pupur (Jawa); artinya bedak
* parak (Banjar), perek (Jawa); artinya dekat
* wayah (Banjar), wayah (Jawa); artinya saat
* uyah (Banjar), uyah (Jawa); artinya garam
* paring (Banjar), pring(Jawa); artinya bambu
* gawi(Banjar), gawe (Jawa); artinya kerja
* palir(Banjar), peli (Jawa); artinya zakar
* lawang (Banjar), lawang (Jawa); artinya pintu
* menceleng (Banjar), menteleng (Jawa); artinya melotot
* kancing (Banjar), kancing (Jawa); artinya menutup pintu
* apam (Banjar), apem(Jawa); artinya nama sejenis makanan
* gangan (Banjar), jangan (Jawa); artinya sayuran berkuah
* kaleker (Banjar), kleker (Jawa); artinya gundu, kelereng
* karap (Banjar), kerep (Jawa); artinya sering, kerapkali
* sarik (Banjar), serik (Jawa); artinya marah
* sangit (Banjar), sengit (Jawa); artinya marah
* pakan (Banjar), peken (Jawa); artinya pasar mingguan
* inggih (Banjar), inggih (Jawa); artinya iya (halus)
* wani (Banjar), wani (Jawa); artinya berani
* wasi (Banjar), wesi (Jawa); artinya besi
* waja (Banjar), wojo (Jawa); artinya baja
* dugal (Banjar), ndugal (Jawa); artinya nakal
* bungah (Banjar), bungah (Jawa); artinya bangga
* gandak (Banjar), gendak (Jawa); artinya pacar, selingkuhan
* kandal(Banjar), kandel (Jawa); artinya tebal
* langgar (Banjar), langgar (Jawa); artinya surau
* gawil (Banjar), jawil (Jawa); artinya colek
* wahin (Banjar), wahing (Jawa); artinya bersin
* panembahan (Banjar), panembahan (Jawa); artinya raja, yang disembah/dijunjung
* larang (Banjar), larang (Jawa); artinya mahal
* anum (Banjar), enom (Jawa); artinya muda
* bangsul (Banjar), wangsul (Jawa); artinya datang, tiba
* mandak (Banjar), mandeg (Jawa); artinya berhenti
* marga (Banjar), mergo (Jawa); artinya sebab, karena
* payu (Banjar), payu (Jawa); artinya laku
* ujan (Banjar), udan (Jawa); artinya hujan
* hibak (Banjar), kebak (Jawa); artinya penuh
* gumbili (Banjar), gembili (Jawa); artinya ubi singkong
* lamun (Banjar), lamun (Jawa); artinya kalau
* tatamba (Banjar), tombo (Jawa); artinya obat
* mara, ba-mara (Banjar), moro (Jawa); artinya maju, menuju muara
* lawan (Banjar), lawan (Jawa); artinya dengan
* maling (Banjar), maling (Jawa); artinya pencuri
* jariji (Banjar), deriji (Jawa); artinya jari
* takun (Banjar), takon (Jawa); artinya tanya
* talu (Banjar), telu (Jawa); artinya tiga
* pitu (Banjar), pitu (Jawa); artinya tujuh
* walu (Banjar), walu (Jawa); artinya delapan
* untal (Banjar), nguntal (Jawa); artinya makan (makan tanpa dimamah, Banjar)
* pagat (Banjar), pegat (Jawa); artinya putus (putusnya tali pernikahan, Jawa)
* kawo (Banjar Amuntai), kowe (Jawa), kaoh (Bawean); artinya kamu
* paray(a) (Banjar), prei-i (Jawa); artinya libur, tidak jadi (Belanda?)
* dampar (Banjar), dampar kencono (Jawa); artinya bangku kecil,(singasana, Jawa)
* burit, buritan (Banjar), mburi (Jawa); artinya belakang, (pantat, Banjar)
* pajah (Banjar), pejah (Jawa); artinya mati (mati lampu, Banjar)
* tatak (Banjar), tetak (Jawa); artinya potong (khitan, Jawa)

Bukti Baru Bahwa Amerika Lebih Buruk Dari Al-Qaeda

NEW YORK Seorang ulama yang berada di balik rencana pembangunan sebuah masjid di Ground Zero, New York, menyatakan bahwa AS lebih buruk dari Al Qaeda.

Ulama bernama Imam Feisal Abdul Rauf itu mengatakan, Amerika lebih bersalah ketimbang organisasi teroris karena sanksi-sanksi pimpinan AS bertanggung jawab atas kematian setengah juta anak-anak Irak. "Kita cenderung lupa, di Barat, bahwa Amerika Serikat memiliki lebih banyak darah (orang) Muslim di tangannya daripada (yang dilakukan) Al Qaeda terhadap orang non-Muslim yang tidak bersalah," katanya.

Dailymail, Rabu (25/8/2010), melaporkan, komentar Rauf tersebut dibuat dalam sebuah wawancara tahun 2005 dan baru dibahas minggu ini di sebuah blog konservatif Amerika. Seperti dikabarkan, Rauf sedang berupaya untuk membangun sebuah masjid senilai 70 juta poundsterling yang terletak dua blok dari lokasi Twin Towers dulu berdiri. Komentarnya menimbulkan pertanyaan lebih lanjut mengenai apakah dana untuk proyek itu akan berasal dari rezim yang mendukung teroris. Namun, para pemimpin proyek tersebut telah membantah hal itu.

Sebuah jajak pendapat menunjukkan bahwa semakin banyak orang Amerika yang menaruh perhatian terhadap rencana pembangunan masjid di Ground Zero itu. Sebanyak 62 persen responden menolak proyek tersebut padahal pada bulan Juli hanya 54 persen yang menentang.

Komentar Rauf juga mengundang kecaman dari Debra Burlingame, Ketua 9/11 Families for a Strong America. Ia mengatakan bahwa komentar-komentar itu membuatnya merasa muak. "Orang ini di luar sana berkhotbah tentang politik dan melakukan propaganda anti-Amerika," kata dia. sumber: Lintasberita.com

Jumat, 13 Agustus 2010

Jumat, 30 Juli 2010

Sejarah Masuknya Islam Di Kerajaan Banjar (Kesultanan Melayu Banjarmasin)

Senin, 26 Juli 2010

Ulama Martapura dan Ulama Hulu Sungai

Rabu, 03 Maret 2010

Assalamu,alaikum wr/wb.. kawan..! ucapan terima kasih dan selamat datang di blog ini, dan mohon maaf apabila dalam tampilan blog ini amat sangat sederhana dan banyak kekurangannya, maka dari itu sudilah kiranya teman-teman tuk memberikan saran dan kritiknya.... demi existensi blog ini, akhir kata saya ucapkan terima kasih atas kunjungannya..!

Selasa, 02 Maret 2010

Free Download Applications 2010